Buku ini aku dapatkan dari pak suami yang berkesempatan
jalan-jalan di BBW 2017 Surabaya kemarin.
Setelah dibuka yang bikin sedikit kecewa, buku ini ternyata
buku terakhir dari cerita trilogi yang artinya ini adalah buku cerita terakhir
dengan buta cerita di awal. Tapi aku nggak ambil pusing tetep kubaca karena
penasaran setelah baca bagian blurbnya.
Judul : Requiem (Buku Terakhir Trilogi Delirium)
Pengarang : Lauren Oliver
Penerjemah : Prisca Primasari
Penyunting : Dyah Agustine
Penerbit : Mizan Fantasi
Masa
lalu sudah mati, tidak pernah ada lagi.
Setelah menyelamatkan Julian dari hukuman mati, Lena dan
para pemberontak melarikan diri ke Alam Liar. Namun, pemerintah terang-terangan
menyatakan perang dan Alam Liar bukan lagi tempat aman. Para Invalid diburu dan
dibunuh. Hal terpenting sekarang adalah bertahan hidup, dan melawan.....atau
mati.
Sementara itu, Hana hidup nyaman tanpa cinta di Portland.
Dia telah disembuhkan, dan akan menikahi gubernur muda. Namun, bayangan Lena
selalu menghantui. Jauh di dalam hati, Hana merasa bersalah atas pengkhianatan
yang telah dia lakukan.
Requiem, puncak perjuangan melawan penguasa. Requiem, saksi
pertemuan sepasang remaja yang pernah saling mencinta, pertemuan kembali
seorang ibu dengan anak gadisnya, dan pertemuan kembali dua sahabat dari dunia
berbeda. Tembok sudah dirobohkan, dunia harus siap menerima perubahan.
Awal dapat buku ini antara bingung mau baca apa tidak karena
merupakan trilogi dan bagian akhir lagi (aduh ngerti nggak ya nanti ceritanya
aku...). Tapi tetep ya penasaran itu pasti apa sih ini kok ada kata-kata 2
dunia segala (pikiranku sih ada dunia khayalan seperti cerita Bulan, Bintang
dan Matahari atau tentang dunia peri, dunia vampir pikirannya melayang
terus...). Setelah baca awalnya agak bingung dengan judul babnya yang menyebut
dua nama Lena dan Hana. Semakin dibaca ternyata membuatku malah semakin
penasaran nggak peduli ini buku terakhir.
Ternyata ini menceritakan dua sahabat yang hidup di dunia
berbeda dan sangat bertolak belakang. Yang akhirnya mereka dipertemukan juga,
persahabatan sejati bagaimanapun dihapuskan tidak akan pernah hilang. Rasa
peduli, rasa sayang itu akan tetap ada di hati masing-masing.
Bener-bener deh semakin dibaca semakin ingin tau apa sih
membuat jadi seperti ini, apa keterkaitan 2 orang ini. Siapa Julian, Alex,
Raven, siapa ibu dan anak gadis. Pastinya cerita tetep terpusat dengan dua nama
Lena dan Hana, walaupun lebih banyak dari cerita petualangan Lena dialam liar,
bagaimana perjuangan dia untuk tetep bertahan hidup dan perang dalam dirinya
sendiri untuk cinta sejatinya. Kadang juga bikin marah juga nih dengan Lena
yang terlalu bimbang, dengan Alex yang nggak terus terang aja sih atau Hana
yang kebingungan sendiri dengan rasa bersalahnya. Bener-bener gemes lihat tokoh-tokoh
ini haduh mereka itu ngapain sih nggak ngomong yang gamblang harus pakai kode
pakai kata-kata bijak lagi. Tapi takkan jadi menarik juga sih kalau luru-lurus
aja ha ha ha.
Ternyata dunia fantasi yang awalnya kubayangin salah besar
(he he he...), ceritanya yang fantasi tapi dunianya nyata ternyata. Walaupun
aku baca di buku terakhir dari triloginya, aku masih bisa sangat menikmatinya
bahkan jadi bisa bayangin cerita sebelumnya.
“Seseorang yang melompat mungkin akan terjatuh, tetapi juga
ada kemungkinan untuk terbang”
Robohkan dinding-dinding.
Itulah inti dari segalanya. Kau tidak tahu apa yang akan
terjadi kalau kau merobohkan dinding-dinding; kau tidak bisa melihat sisi
lainnya, tidak tahu apakah itu akan membuahkan kebebasan atau kejatuhan,
resolusi atau kekacauan. Kau bisa saja menemui surga, atau kehancuran.
Robohkan dinding-dinding.
Kalau tidak, kau akan terus hidup terkungkung, dirundung
rasa takut, memenjarakan diri dari sesuatu yang tidak pasti, mengucapkan doa
dalam kegelapan, melafalkan sajak tentang kengerian dan kesempitan.
Kalau tidak, kau tidak akan pernah melihat neraka, tetapi
kau juga tidak akan pernah menemui surga. Kau tidak akan pernah mengenal udara
segar dan bagaimana rasanya terbang.
Robohkan dinding-dinding.....