11 Mei 2018

Dua Hari Bersama Mereka


Sekelumit cerita tentang para wanita-wanita tangguh berusaha untuk bangkit sembuh dari penyakit yang bagi kita para perempuan normal sangat mengerikan.

Kira-kira apa yang akan terlintas dibenak kita saat kita mendengar kanker dan kemoterapi? Yang terbayangkan pertama bagi kita orang normal adalah para penderita kanker yang tak berdaya tiduran di kamar dan menjalani kemoterapi yang berat, harus duduk di kursi roda kemana-mana, lemah, pucat rambut yang semakin menipis, mual nggak habis. Pemikiran yang selalu hinggap pada orang normal terutama orang yang belum pernah bersentuhan dengan para penderita kanker. Termasuk diriku sendiri dan semua itu terpatahkan karena kebersamaanku dengan mereka selama 2 hari.

Beberapa hari kemarin aku berkesempatan menemani adikku untuk menjalani kemoterapi karena kanker serviks yang dideritanya. Pertama kali yang kubayangkan saat aku dapat berita tentang penyakitnya dia akan lemah nggak berdaya selalu ditemani kemanapun. Dan ternyata selama masa pengobatannya dia jalan sendiri ke rumah sakit yang kalau boleh dibilang termasuk luar kota, perjalanan dari rumahnya ke rumah sakit bisa menempuh sekitar 4-5 jam perjalanan bahkan bisa lebih kalau jalanan padat.

Aku menemuinya saat dia sudah dirumah sakit dan sedang mengantri di rumah sakit untuk mendapatkan kamar perawatan selama dia menjalani kemoterapi di rumah sakit. Dan semakin kaget saat menemukannya dengan santai bahkan bercanda dengan para penderita lain, wajahnya terlihat bahagia tanpa beban bahwa dia menderita penyakit yang termasuk mematikan kalau boleh kita katakan. Ternyata adikku nggak sendirian dia dengan banyak penderita lain yang juga akan menjalani kemoterapi saling berbagi cerita. Akhirnya aku ikut nimbrung dengan mereka yang pasti kutanyakan pertama kali apa mereka tidak merasa berat saat pengobatan jalan sendirian tanpa pendamping? apa jawabannya, mereka justru merasa nyaman saat sendrian begini karena bisa saling cerita dengan para penderita saling berbagi kisah dan tidak direcokin dengan pengantar yang tidak sabaran, karena kalau boleh dibilang untuk mengurusi semua tetek bengek administrasi dan prosesnya lumayan panjang dan lama apalagi kalau kita termasuk pasien BPJS. Kalau nggak sabar dan nggak dinikmati yang pasti akan lelah dan emosi. Tapi yang kulihat wajah mereka tidak menunjukkan sakitnya, mereka bilang "penyakitnya kan nggak kelihatan jadi kita nikmatin aja biar orang nggak mandang kasihan pada kita".
Aku juga menikmati saat ngobrol bareng mereka bahkan nggak terasa waktu yang dilalui lebih dari 2 jam. 
Dari mereka aku tau apa artinya teman sejati, apa arti keluarga, apa arti sehat yang pasti dan yang paling penting dari semua adalah arti hidup bahagia dan pikiran positif.
Walaupun mereka mempunyai penyakit yang boleh dibilang berat tapi mereka tetap tersenyum dan menerima semua. Mereka tetap bersyukur dengan semua yang mereka hadapi dan menjalaninya dengan tanpa beban. Mereka berkumpul di suatu tempat untuk saling menguatkan.
Yang dibutuhkan bukan rasa belas kasihan dari kita yang sehat, tapi pikiran positif dari kita orang sekitarnya.
Dari mereka banyak yang kuperoleh untuk diriku pribadi, rasa syukur yang banyak untuk Allah sampai saat ini atas semua yang sudah kita dapatkan, dari rasa syukur kita bisa menikmati hidup. Saat kita dalam keadaan terendah atau terpuruk yang dibutuhkan adalah keluarga dan teman yang bisa menguatkan bukan orang-orang hanya melihat kasihan saja. Seburuk apapun keadaan kita pasti ada jalan keluarnya, carilah teman yang bisa menguatkan.


Apa Sih Virtual Asisten

  Beranda media sosialku lagi bersliweran info Virtual Asisten mulai dari pelatihan sampai jasanya. Awalnya sih karena aku penasaran cari k...