5 Okt 2017

Saat Dua Teman Lama Berbicara

Photo by Jorge Flores on Unsplash

Kemarin ketemu dengan salah seorang teman lama, dulu kita sama-sama berjuang untuk membesarkan jarimatika di wilayah Banyumanik. Berdua kita sering belajar tentang mengatasi masalah belajar anak-anak didik kita, terutama masalah dengan pelajaran matematika. Belajar tentang dunia anak-anak bersama, belajar bagaimana menghadapi permasalahan antara anak dan orang tua terutama yang berhubungan dengan nilai dan cara belajar anak. Berdua berusaha memberikan yang terbaik buat anak-anak didik kita dan orang tuanya. Kita bekerjasama kurang lebih selama 5 tahun, sampai akhirnya bisa sehati dalam berbagai hal.
Kami punya pandangan yang sama dalam mengajar anak-anak. Bagi kami berdua memberikan ilmu itu prinsipnya ya menebar sesuatu yang bermanfaat soal materi itu insyaallah akan mengikuti. Kami berdua hanya guru les bukan guru disekolah. Tugas kami hanya memberikan tambahan ilmu dari apa yang diberikan guru disekolah. Kami hanya membantu para orang tua yang sudah merasa tidak mampu lagi membantu anak-anaknya untuk belajar.
Sekarang kami jalan sendiri-sendiri untuk mengajar privat , karena bimbingan belajar yang kudirikan sudah aku tutup karena kurang modal (he he he....maklum dulu belum ngerti tentang ilmu perbisnisan menjalankan bimbingan belajar hanya karena ingin membantu dan menebar ilmu saja).

Saat kita ketemu yang dibicarakan ya masalah ngajar mengajar deh. Kita merasa akhir-akhir ini murid kita semakin susah untuk diberi penjelasan. Kita nggak tau kenapa anak-anak ini pengertiannya hanya setengah-setengah saja alias tidak tuntas, jadi saat kita memberikan soal dengan model berbeda disekolah langsung kebingungan. Entah ini karena materi sekolahnya, kurikulumnya atau gurunya. Atau mungkin memang anak-anak sekarang yang malas untuk berpikir panjang. Semakin canggihnya teknologi yang mempermudah semuanya itu membuat daya pikir mereka juga semakin melemah.


Semakin menurunnya minat baca itu juga membuat anak-anak sekarang semakin sulit untuk memahami soal. Soal untuk materi yang sama tapi model berbeda itu saja membuat mereka sudah kesusahan. Menurut kami mereka harus banyak di beri variasi soal perbanyak praktek juga. Kalau menurut kami berdua sebenarnya kurikulum sekarang biasa dikenal kurikulum 2013 itu tidak terlalu berat bagi anak, selama cara mengajarnya sesuai dan orang tua juga nggak bingung sendiri merasa berat. Kurikulum terbaru ini menurut kami ringan dan termasuk pelajaran yang banyak prakteknya karena semua pelajaran disesuaikan dengan tema yang diangkat. Mungkin yang susah itu karena kita terbiasa dengan semua serba diatur, serba teoritis akhirnya saat diberikan sistem yang lebih aplikatif jadi semakin bingung.

Bagi orang tua yang mengandalkan nilai untuk semua mata pelajaran. Nilai sebagai tolak ukur anak itu mengerti, nilai sebagai ukurannya anaknya paham dengan kurikulum baru ini akan meresa kebingungan.


Dan akhirnya kita sebagai guru tambahan harus berpacu bagaimana membuat anak dan orang tua yang meminta bantuan sama-sama nyaman. Kita harus banyak komunikasi dengan orang tua apa yang mereka inginkan untuk anaknya, dan bagaimana sebenarnya kemampuan anaknya. Kami juga tetap meminta bantuan orang tua untuk terus mendampingi anak-anak walaupun sudah meminta kita untuk menemani belajar anaknya.

Tulisan ini diikutsertakan dalam program ODOP (One Day One Post) Blogger Muslimah Indonesia bulan Oktober 2017
 #ODOPOKT4

1 komentar:

Cerita Ummi mengatakan...

Saya juga bingung kalo pas ngajar anak-anak privat, lebih bingung dibandingkan di kelas. Apalagi ngajarin jarimatika itu, jadi istilahnya gurunya aja yang paham sedangkan anak-anak karena udah punya konsep berhitung sebelumnya jadi kebingungan saat dikenalkan konsep jarimatika.

Apa Sih Virtual Asisten

  Beranda media sosialku lagi bersliweran info Virtual Asisten mulai dari pelatihan sampai jasanya. Awalnya sih karena aku penasaran cari k...