Photo by Jorge Flores on Unsplash |
Kemarin ketemu dengan salah seorang teman lama, dulu kita
sama-sama berjuang untuk membesarkan jarimatika di wilayah Banyumanik. Berdua
kita sering belajar tentang mengatasi masalah belajar anak-anak didik kita,
terutama masalah dengan pelajaran matematika. Belajar tentang dunia anak-anak
bersama, belajar bagaimana menghadapi permasalahan antara anak dan orang tua
terutama yang berhubungan dengan nilai dan cara belajar anak. Berdua berusaha
memberikan yang terbaik buat anak-anak didik kita dan orang tuanya. Kita
bekerjasama kurang lebih selama 5 tahun, sampai akhirnya bisa sehati dalam
berbagai hal.
Kami punya pandangan yang sama dalam mengajar anak-anak. Bagi
kami berdua memberikan ilmu itu prinsipnya ya menebar sesuatu yang bermanfaat
soal materi itu insyaallah akan mengikuti. Kami berdua hanya guru les bukan
guru disekolah. Tugas kami hanya memberikan tambahan ilmu dari apa yang
diberikan guru disekolah. Kami hanya membantu para orang tua yang sudah merasa
tidak mampu lagi membantu anak-anaknya untuk belajar.
Sekarang kami jalan sendiri-sendiri untuk mengajar privat ,
karena bimbingan belajar yang kudirikan sudah aku tutup karena kurang modal (he
he he....maklum dulu belum ngerti tentang ilmu perbisnisan menjalankan
bimbingan belajar hanya karena ingin membantu dan menebar ilmu saja).
Saat kita ketemu yang dibicarakan ya masalah ngajar mengajar
deh. Kita merasa akhir-akhir ini murid kita semakin susah untuk diberi
penjelasan. Kita nggak tau kenapa anak-anak ini pengertiannya hanya
setengah-setengah saja alias tidak tuntas, jadi saat kita memberikan soal dengan
model berbeda disekolah langsung kebingungan. Entah ini karena materi
sekolahnya, kurikulumnya atau gurunya. Atau mungkin memang anak-anak sekarang
yang malas untuk berpikir panjang. Semakin canggihnya teknologi yang
mempermudah semuanya itu membuat daya pikir mereka juga semakin melemah.
Semakin menurunnya minat baca itu juga membuat anak-anak
sekarang semakin sulit untuk memahami soal. Soal untuk materi yang sama tapi
model berbeda itu saja membuat mereka sudah kesusahan. Menurut kami mereka
harus banyak di beri variasi soal perbanyak praktek juga. Kalau menurut kami
berdua sebenarnya kurikulum sekarang biasa dikenal kurikulum 2013 itu tidak
terlalu berat bagi anak, selama cara mengajarnya sesuai dan orang tua juga
nggak bingung sendiri merasa berat. Kurikulum terbaru ini menurut kami ringan
dan termasuk pelajaran yang banyak prakteknya karena semua pelajaran
disesuaikan dengan tema yang diangkat. Mungkin yang susah itu karena kita
terbiasa dengan semua serba diatur, serba teoritis akhirnya saat diberikan
sistem yang lebih aplikatif jadi semakin bingung.
Bagi orang tua yang mengandalkan nilai untuk semua mata
pelajaran. Nilai sebagai tolak ukur anak itu mengerti, nilai sebagai ukurannya
anaknya paham dengan kurikulum baru ini akan meresa kebingungan.
Dan akhirnya kita sebagai guru tambahan harus berpacu
bagaimana membuat anak dan orang tua yang meminta bantuan sama-sama nyaman.
Kita harus banyak komunikasi dengan orang tua apa yang mereka inginkan untuk
anaknya, dan bagaimana sebenarnya kemampuan anaknya. Kami juga tetap meminta
bantuan orang tua untuk terus mendampingi anak-anak walaupun sudah meminta kita
untuk menemani belajar anaknya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam program ODOP (One Day One Post) Blogger Muslimah Indonesia bulan Oktober 2017
#ODOPOKT4
1 komentar:
Saya juga bingung kalo pas ngajar anak-anak privat, lebih bingung dibandingkan di kelas. Apalagi ngajarin jarimatika itu, jadi istilahnya gurunya aja yang paham sedangkan anak-anak karena udah punya konsep berhitung sebelumnya jadi kebingungan saat dikenalkan konsep jarimatika.
Posting Komentar