15 Jul 2019

Si Anak Sulung Yang Pemberani



Judul : Si Anak Pemberani
Penulis: Tere Liye
Tahun Terbit: Maret 2019
Penerbit: Penerbit Republika
Jumlah halaman: 424 halaman
ISBN: 978-602-5734-52-6

✬✬✬✬

"Aku Eliana, si anak pemberani, 
anak sulung Bapak dan Mamak 
yang akan menjadi pembela
kebenaran dan keadilan.
Berdiri paling gagah,
paling depan."

Buku ini tentang Eliana, si anak pemberani yang
membela tanah, sungai, hutan dan lembah
kampungnya. Saat kerakusan dunia datang, 
Eliana bersama teman karibnya bahu-membahu 
melakukan perlawanan.

Akhirnya ditangan juga salah satu wishlistku di tahun ini. Aku mulai jatuh cinta dengan karya Tere Liye setelah membaca serial Bumi, ya cerita tentang 3 sahabat mengelilingi berbagai klan. Kali ini aku ingin tahu karya beliau tentang serial Anak Mamak bagaimana cerita anak-anak ini.

Pernahkah kalian bayangkan beban sebagai seorang anak sulung? Mereka seperti terbebani untuk selalu jadi panutan bagi adik-adiknya, apakah benar seperti itu? Sebagai anak bungsu aku pernah bertanya ke kakak sulungku sih dan jawabannya biasa aja katanya, mungkin karena ortu kami yang nggak pernah beda-bedain jadi ya gitu deh jawabannya.

Nah di novel ini mengisah tentang seorang anak sulung yang berjuang demi tanah kelahirannya. Si sulung yang bernama Eliana merupakan kakak dari 3 orang adik, anak dari Bapak dan Mamak. Bagaimana perasaan Eliana saat merasakan terbebani menjadi seorang sulung yang harus bisa melakukan semuanya, yang harus selalu menjaga adik-adiknya, yang harus sempurna melakukan segala hal? Dia merasa tertekan dan akhirnya melakukan sesuatu yang membuat terbuka mata hatinya seperti apakah sebenarnya orang tuanya, apakah yang diharapkan dan dilakukan Mamak kepadanya, pengorbanan yang diberikan untuk Eliana. Secara tidak langsung novel ini memberikan pelajaran tentang ilmu pengasuhan anak, bagaimana cara berkomunikasi seorang Bapak yang bijaksana kepada anak perempuan sulungnya yang keras kepala. Komunikasi bapak dan Eliana serta anak-anak yang lain tentang segala hal, tentang cara hidup dengan orang, cara mencintai hidup dan kampungnya banyak diberikan di novel ini.

" Jangan pernah bersedih, karena sejatinya kemuliaan tidak pernah tertukar. Boleh jadi ornag-orang yang menghina itulah yang lebih hina. Sebaliknya, orang-orang yang dihinalah yang lebih mulia. Kalian tidak harus selalu membalas penghinaan dengan penghinaan, bukan? Bahkan cara terbaik menanggapi olok-olok adalah dengan biasa-biasa aja. Tidak perlu marah. Tidak perlu membalas." (Bapak kepada anak-anaknya hal 29).
"Jangan pernah takut pada sesuatuyang tidak sejati. Kalian keliru jika tukut pada hal-hal yang remeh seperti itu. Takutlah berbuat jahat, mengambil hak orang lain. Takutlah menganiaya, berbohong, mencuri, dan merendahkan harga diri. Takutlah atas hal-hal seperti itu, sesuatu yang lebih sejati. Maka kalian tidak akan pernah takut pada apapun." (hal 78)

Selain bercerita tentang kecamuk perasaan Eliana dengan semua perlakuan Mamak dan Bapak kepadanya, novel ini juga bercerita tentang kecintaan Eliana dan Empat Buntal terhadap tanah, sungai, hutan dan lembah kampungnya. Eh apa itu Empat Buntal? kalau kalian baca buku ini akan ketemu nama ini siapakah mereka dan bagaimana bisa disebut seperti itu dan perjuangan mereka dalam mempertahankan kampungnya. 

Para pembaca karangan Tere Liye pasti sudah hafal bagaimana gaya bercerita setiap novelnya. Cerita yang selalu memasukkan isu-isu sosial yang ada disekitar kita. Bahkan kadang kita tidak menyadarinya, tapi penulis bisa mengangkat dalam sebuah cerita dan membuat perasaan kita teraduk-aduk bahkan bisa membuat kita jadi berpikir dua kali. 

Novel yang berlatar belakang dalam negeri di salah satu kepulauan di negara kita ini mengangkat tema tentang kerusakan hutan, tentang orang-orang yang serakah dan bagaimana para pecinta kampungnya melawan. Kita dibuat gemas dengan tingkah laku para tokoh yang rakus, dibuat bersemangat ikut pembela para pembela tanah, sungai, hutan dan lembah kampungnya. 
Ya baca novel ini semua perasaan keluar bahkan sampai ketawa sendiri sampai mengeluarkan airmata saat membacanya.

Sebagai orang tua membaca buku ini aku bisa mengambil manfaat cara berkomunikasi Bapak terhadap anak-anaknya. Kehangatan keluarga yang sederhana ditengah kecamuk kampungnya. Apalagi sebagai ibu aku jadi sadar perlakuanku terhadap anak-anakku mungkin akan sering disalah artikan oleh mereka. 
Walaupun novel ini termasuk tebal tapi membacanya membuatku tidak bisa berhenti. Bahasa yang dipakai lugas banget jadi mudah dimengerti dan tingkah laku para tokohnya yang kadang konyol khas anak-anak banget membuatku jadi sering tersenyum-senyum sendiri.

Rekomen nih buku buat para orang tua buat belajar pengasuhan yang sesuai dengan kearifan lokal kita, buat yang suka baca fiksi malas baca buku nonfiksi.

3 komentar:

Ika mengatakan...

Salam kenal mb Siwi...saya jg anak sulung...memang selalu ada target tinggi sih dr bpk saya hehe...tp ya kalo tdk tercapai...adek saya yg kena :D

Siwilih Nurdayati mengatakan...

salam kenal balik mbak Ika, oh ya? kayaknya sih iya targetnya pindah ke adiknya soalnya aku anak bungsu kena target lungsuran dari kakak...he he he

Sulizlovable mengatakan...

Hemp, aku juga anak sulung tapi alhamdulillah orang tuaku nggak pernah membeda-bedakan kami. Yah mungkin benar, semuanya kembali lagi ke pola asuh sang orang tua itu sendiri :)

Apa Sih Virtual Asisten

  Beranda media sosialku lagi bersliweran info Virtual Asisten mulai dari pelatihan sampai jasanya. Awalnya sih karena aku penasaran cari k...