23 Mei 2019

Cerita Mudik Narafid


Wah nggak terasa sudah 17 hari puasa berlalu, hari ini sudah memasuki hari ke 18. Dan hari raya Idul Fitripun semakin dekat saja. Biasanya hari raya Idul Fitri identik dengan berkumpul dengan keluarga besar. Lebaran saatnya kumpul-kumpul dengan sanak saudara, saatnya bersilaturahmi.

Tradisi kumpul dengan keluarga identik dengan kegiatan pulang kampung atau mudik. Bagi yang punya kampung halaman akan merasakan tradisi ini bahkan sangat menantikannya. Berbagai macam cara untuk melakukan tradisi ini, ada yang naik kendaraan pribadi ada yang naik kendaraan umum, ada yang mulainya mendekati hari raya ada yang jauh sebelum hari raya.

Aku dan kakakku yang tinggal berjauhan dengan orang tua kami merasakan bagaimana mudik lebaran, suasananya, kemacetannya, kesenangannya berkumpul dengan keluarga. Aku dulu sempat tinggal di Semarang, kakakku tinggal di Denpasar dan kami berdua berasal dari kota kecil Tulungagung, Jatim. Kami akan bertemu kembali saat hari raya Idul Fitri tiba, kalau memungkinkan pulang kampung diluar lebaran saat liburan sekolah anak-anak.

Dulu saat tinggal di Semarang pernah merasakan mudik dengan berbagai macam kendaraan, dari kendaraan pribadi sampai kereta api. Pernah merasakan ketinggalan kereta juga kita alias salah lihat jadwal kereta yang akhirnya naik bis ke terminal. Mudik dengan membawa anak-anak yang masih dibawah umur 1 tahun juga sudah kualami.

Aku pernah mudik hanya dengan si kakak naik travel, waktu itu si kakak masih berumur 3 tahun. Aku dan si kakak mudik hanya berdua tanpa suami karena dia masih ada kerjaan kantor. Kami putuskan pulang terpisah, karena suami akan pulang saat malam hari raya padahal kakung utinya pingin berkumpul lebih lama dengan si kakak. Kami berangkat naik travel pukul 9 malam dari Semarang perkiraan sampai Tulungagung subuh atau sekitar jam 5 pagi.
Kenapa aku pilih jadwal malam, karena menurutku saat malam adalah saat anak-anak lebih mudah untuk jatuh tertidur. Jadi saat diperjalanan mereka tidak merasakan kebosanan karena harus duduk terus kurang lebih 4 -5 jam. Persiapan yang aku lakukan sebelum berangkat adalah mempersiapkan keperluan si kakak diperjalanan. Saat umur 3 tahun kakak hanya minum susu sebelum tidur dan pagi hari sebelum berangkat sekolah. Aku hanya bawa cemilan di perjalanan dan minuman (susu UHT dan air mineral). Kalau naik travel biasanya kita akan berhenti di rumah makan untuk makan malam. Waktu pemberhentian itu kumanfaatin bangunin kakak untuk minum walaupun sekedar air putih. 

Pengalaman yang tak terlupakan saat mudik adalah membawa si kembar untuk pertama kalinya. Mereka kita ajak perjalanan panjang saat berumur 3 bulan. Saat itu kami naik mobil pribadi untuk perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 10 jam. Kenapa perjalanan lebih panjang dari yang normal sekitar 8 jam, karena kita banyak berhenti untuk menyusui si kembar. Saat itu lebih mudah karena si kembar hanya minum ASI saja jadi tidak perlu banyak bawa konsumsi. Aku menyiapkan banyak camilan untuk si kakak dan aku yang pasti. 

Sebenarnya kalau perjalanan panjang bareng anak itu intinya adalah kenyamanan. Siapin amunisi yang bikin mereka nyaman, selalu perhatikan kebiasaan. Kalau pakai mobil pribadi bisa disiasati berapa jam sekali berhenti dan biarkan mereka bergerak bebas beberapa saat. Dan yang paling penting siapin mental kita sebagai ibu dan selalu bersikap tenang.

2 komentar:

Niklosebelas mengatakan...

salah saru kelebihan mudik dengan kendaraan pribadi adalah bisa brenti-brenti sesuka hati, apalagi kalo bawa anak2 ya mbak

Unknown mengatakan...

ya betul

Apa Sih Virtual Asisten

  Beranda media sosialku lagi bersliweran info Virtual Asisten mulai dari pelatihan sampai jasanya. Awalnya sih karena aku penasaran cari k...